Memahami Konsep Bid’ah Yang Sering Diselewengkan Salafi Wahabi (Bag 1)
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT
Tuhan Yang Maha Satu, yang kita sembah, yang menguasai sekalian alam, yang telah
menganugerahkan segenap limpahan kasih sayang-Nya sehingga admin Khazanah Islam
Zidan_Ku dapat istiqamah menampilkan artikel-artikel ilmiah mengenai khazanah
dunia keislaman. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Sayyidina
Muhammad SAW penutup para nabi.
Pada artikel kali ini kami akan membahas mengenai
konsep bid’ah yang telah dijelaskan secara ilmiah oleh pendahulu kita Aslafuna
as-salih yang insyaallah dapat dipertanggung jawabkan.
Secara bahasa bid’ah berarti memulai
pertama kali tanpa ada contoh sebelumnya. Jadi, menurut bahasa segala hal yang
ada pertama kalinya tanpa ada contoh sebelumnya adalah bid’ah, tak perduli baik
atau buruk, dalam hal agama maupun selain agama.
Adapun secara Syar’i, maka dalam
berbagai hadis yang sampai kepada kita, tidak sekalipun rasul SAW memberikan
definisi yang pasti tentang bid’ah misalnya sabda rasul SAW:
“Barang siapa
yang mengerjakan sesuatu yang bukan termasuk urusan kami, maka terlolak.”
(HR. Al Bukhari dan Muslim)
“Siapa yang
membuat hal baru dalam urusan kami yang bukan bagian darinya, maka tertolak.” ( HR. Al Bukhari )
“ Maka
sesungguhnya sebaik- baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baiknya
petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW dan seburuk-buruknya perkara ada yang
baru dan semua bid’ah adalah sesat.” (HR.Muslim)
Kelompok pertama mendefinisikan bid’ah
hanya dengan melihat unsur/memakai pendekatan bahasa saja. Karena pendekatannya
adalah kebahasaan, maka kelompok ini menyebut semua hal baru adalah bid’ah. Akan
tetapi berdasarkan banyak dalil, semua ulama di kelompok ini membagi hal baru/
bid’ah ini menjadi dua, yakni hal baru yang positif dan negatif.
Kelompok ini dipimpin oleh Imam Mujtahid
Muhammad bin Idris al-Syafi’i (204 H.). Beliau membagi bid’ah menjadi dua yaitu
bid’ah hasanah dan bid’ah madzmumah. Seperti dikutip oleh Imam al-Hafizh
Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Imam Syafi’i berkata :
“Bid’ah itu
ada dua macam yakni yang terpuji dan yang tercela. Maka apapun yang cocok
dengan sunah, maka itu adalah terpuji. Dan apapun yang menyelisihi sunah, maka
tercela.”
Selanjutnya muncullah Imam Izzuddin bin
Abdissalam ( 660 H.) yang bergelar Sultan al-Ulama’ yang lebih memperinci bid’ah
menjadi lima diantaranya; bid’ah yang haram, yang makruh, yang mubah, yang
sunah, dan yang wajib.
Bila kita melihat Tarikh al-Islam ternyata
para sahabat juga ahli bid’ah dan juga memahami bid’ah dengan pendekatan
kebahasaan sebagaimana para ulama mengelompokkan hal ini. Ini dibuktikan dengan
kasus-kasus bid’ah sebagai berikut:
a). Kasus Pengumpulan Mushaf Menjadi Satu Buku
Ketika Sayyidina Umar r.a mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk
mengumpulkan mushaf menjadi satu buku, maka Abu Bakar berkata:
“Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang tidak
dilakukan oleh rasul SAW.”
Lalu Umar tak henti-hentinya meyakinkan Abu Bakar hingga Abu Bakar menerima
usulan itu. Setelah itu, mereka berdua memerintah Zaid bin Tsabit, juru tulis
wahyu di masa rasul untuk melaksanakan tugas itu, namun iya keberatan dan
berkata:
“Demi Allah, kalau mereka berdua, Abu Bakar dan
Umar, memerintahkanku untuk
memindah
gunung, maka itu tidak lebih berat bagiku daripada mengumpulkan al-Qur’an.”
Kemudian Zaid bin Tsabit berkata kepada Abu Bakar dan Umar:
“Bagaimana
kalian melakukan sesuatu yang tidk diperintahkan oleh rasul SAW.”
Akhirnya keduanya tak henti-hentinya membujuk Zaid bin Tsabit hingga ia
setuju terhadap usulan itu.
Dari peristiwa itu kita tahu bahwa Abu Bakar dan Zaid bin Tsabit memahami
pengumpulan mushaf menjadi satu buku merupakan bid’ah yang tidak pernah
dilakukan rasul SAW hingga pada awalnya mereka keberatan. Maka akhirnya
keduanya menerima tindakkan bid’ah yang tidak pernah dilakukan rasul SAW. Tentu
saja pandangan bahwa pengumpulan mushaf menjadi satu buku adalah bid’ah di sebabkan
karena mereka memahami bid’ah dari sudut pandang kebahasaan belaka.
Tunggu Lanjutannya Besok
****Baca Juga: Merinding Kisah Nyata Abuya Muhammad: "Orang Ini Mati Mengenaskan Akibat Menghina Hadis Nabi SAW"
0 Komentar untuk "Memahami Konsep Bid’ah Yang Sering Diselewengkan Salafi Wahabi. Ternyata TARAWIH & AL-QUR'AN yg Sekarang ini Juga Bid'ah.... Sesat (bag1)"